WARTABUANA – Nama Indonesia kembali dibuat harum oleh prestasi seorang siswa kelas 12 dari sekolah Jakarta Intercultural School (JIS), Jakarta Selatan, Moses Mayer. Pasalnya, pemuda kelahiran 24 Februari 2002 ini berhasil membuat sejarah yang sangat membanggakan dengan berhasil diterima oleh lima Universitas Ivy Leagues di Amerika Serikat (Harvard, Princeton, Yale, Cornell dan University of Pennsylvania).
Dari lima kampus tersebut, Moses memberikan sinyal untuk memilih Harvard University. Rencananya pada Agustus 2019 mendatang dirinya akan berangkat. “Deadline-nya akhir tahun kedua. Harvard dulu (pilihannya). Berangkatnya mungkin Agustus,” ucap Moses Mayer di Jakarta Intercultural School (JIS), di kawasan Terogong, Jakarta Selatan, Kamis (12/4/2019).
Awalnya, Moses justeru sempat diterima di sembilan universitas ternama di Amerika Serikat, kemudian dia menyaring lagi sampai menjadi tiga universitas seperti Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley hingga terpilihlah Harvard.
“Awalnya dari sembilan universitas itu saya turunkan jadi tiga, yaitu Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley. Akhirnya saya memilih Harvard. Di Harvard itu saya enggak harus langsung memilih jurusan apa yang akan saya ambil nantinya,” ujar Moses.
Moses mengungkapkan, Harvard memberikan keleluasaan menjelajahi semua mata kuliah untuk mendapatkan jurusan yang menjadi minat mahasiswanya. Namun, Moses mengatakan jurusan yang akan diambilnya kemungkinan tak jauh dari minatnya sekarang. “Saya mau coba dulu, explore dulu hal apa yang saya minati. Untuk sementara saya masih minat ke Matematika, Komputer dan Ekonomi. Jadi mungkin gabungan dari ketiga itu,” jelas Moses.
Tak hanya itu, nama Moses Mayer yang sontak menjadi pembicaraan hangat di berbagai pemberitaan dan sosial media juga berhasil meraih berbagai penghargaan kelas dunia lewat sejumlah kompetisi bergengsi di bidang bahasa, matematika, sains, robotika, informatika dan komputasi.
Bagai memiliki energi yang tiada habis, Moses juga mengembangkan SampahLink, sebuah aplikasi smartphone untuk pengelolaan sampah. Melalui aplikasi ini, ia melakukan sejumlah kegiatan peningkatan kesejahteraan para pemulung, seperti memberikan bantuan microfinance untuk pengadaan alat dan pendidikan para pemulung serta komunitasnya.
Dirinya mengaku lewat Matematika, dirinya mengembangkan research paper berjudul On the Game-Theoritics Model of Indonesia’s Pollution State, Moses menggunakan salah satu teori matematika, game theory, untuk membuat rumus matematika dalam mengatasi problem sampah.
Penelitian itu dia kembangkan saat melakukan riset matematika di bawah mentor Carl Yerger dari Davidson College di Amerika Serikat. Inilah awal dari munculnya ide SampahLink. “Saya sering melihat pemulung sedang mengorek tempat sampah di pinggir jalan untuk mencari sampah kering yang bisa mereka jual untuk daur ulang. Padahal banyak pihak yang memiliki sampah kering justeru bingung dalam mengelola sampah tersebut,” katanya.
“Di sinilah muncul ide SampahLink yang menghubungkan para pemulung dengan pemilik sampah kering melalui aplikasi berbasis smartphone sehingga kedua pihak menjadi saling diuntungkan, serta dapat meningkatkan kesejahteraan para pemulung,” tambah Moses lagi.
“Moses adalah potret dari banyak siswa JIS yang memiliki semangat untuk meraih prestasi tinggi dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk dunia di sekitarnya. Murid-murid ini mendapat kesempatan dan dukungan yang sangat besar dari JIS untuk bisa mengembangkan minat mereka sekaligus berkontribusi kepada masyarakat yang merupakan bagian dari kehidupan mereka,” papar Dr. Tarek Razik, selaku JIS Head of School di kesempatan yang sama.
Sejauh ini, Moses sudah berprestasi sejak masih di sekolah dasar hingga saat ini berada di kelas 12. Ia memenangkan banyak penghargaan olimpiade maupun kompetisi matematika serta informatika atau computer science di tingkat nasional maupun internasional.
Diantaranya medali emas OSN, medali emas National Olympiad in Informatics di Singapura, medali perunggu Internasional Olympiad of Metropolises di Moscow, medali perunggu di Junior Balkan Mathematics Olympiad di Romania, hingga medali-medali dan penghargaan bidang matematika maupun bidang informatika di Cina, Kazakhstan, Hong Kong dan lainnya.
Bagi Moses, JIS sangat berperan dalam memperkuat minatnya terhadap matematika dan computer science. “Sejak saya baru masuk JIS, para guru mengizinkan agar saya mengambil kelas matematika di atas tingkat kelas saya, agar saya dapat belajar banyak hal. JIS juga mendukung saya ketika saya berangkat ke Olimpiade atau mengikuti pembinaan dan pelatihan nasional,” ujarnya.
Di sekolah, Moses memiliki nilai sempurna untuk semua mata pelajaran, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Ia pun berusaha menyebarkan kecintaan terhadap matematika kepada murid-murid lain dengan mendirikan Mu Alpha Tetha – Math Honor Society di JIS. Klub ini merupakan chapter pertama di Indonesia yang berpusat di Amerika Serikat. Ia juga merupakan bagian dari Student Council dan National Honor Society.[]