BANGKOK, Pertumbuhan dan stabilitas ekonomi China telah menjadi barang publik bagi kawasan Asia Timur dan Pasifik, yang memberikan kestabilan dan dukungan untuk kawasan itu, ujar seorang ekonom Bank Dunia.
“China telah menjadi semakin penting bagi kawasan ini,” dan apa yang terjadi di China penting untuk seantero kawasan tersebut, tutur Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo dalam sebuah wawancara dengan Xinhua baru-baru ini.
China masih menjadi kontributor utama bagi pertumbuhan global dan juga sumber permintaan akhir yang signifikan untuk negara-negara di kawasan itu, dengan sekitar sepersepuluh dari total nilai tambah yang diproduksi di Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam pada akhirnya diserap di China, menurut East Asia and Pacific Economic Update terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia.
Terlepas dari adanya risiko penurunan, termasuk konflik Rusia-Ukraina, yang dapat menyebabkan harga komoditas menjadi kian tinggi, permintaan ekspor yang menyusut dan pasar keuangan yang bergejolak, lonjakan kembali COVID-19, dan pengetatan kondisi keuangan global, Mattoo mengatakan bahwa China memiliki ruang dan kapasitas kebijakan untuk merespons guncangan tersebut.
Tidak ada negara mana pun yang menghadapi guncangan tiga kali lipat itu dengan mudah, imbuhnya, seraya menambahkan “untungnya, China bersikap bijak dan memiliki potensi untuk bersikap bijak.”
Mattoo menyampaikan bahwa China telah menerapkan pembatasan kebijakan fiskal dan moneter pada fase awal pandemi, yang memberikan ruang manuver kebijakan untuk negara tersebut.
Jika China memberikan stimulus fiskal, hal itu tidak hanya akan menguntungkan ekonomi China, tetapi juga ekonomi regional, imbuh Mattoo.
Bank Dunia telah melihat tiga peluang pertumbuhan baru untuk kawasan itu, yaitu perdagangan, teknologi digital, dan produksi ramah lingkungan.
Mattoo menyarankan kepada para pembuat kebijakan untuk tetap membuka perdagangan. “Pembatasan ekspor merupakan contoh dilema narapidana, di mana Anda melakukan tindakan yang tampaknya untuk kepentingan Anda sendiri namun membuat semua orang, termasuk Anda, justru menjadi semakin rugi,” paparnya.
Mattoo menuturkan bahwa negara-negara juga harus menciptakan infrastruktur untuk memanfaatkan difusi teknologi yang lebih cepat, yang menurutnya China telah lebih berhasil dalam melakukan hal itu dan berupaya mengembangkan pendekatan regulasi untuk memetik manfaat yang ada sambil mengatasi permasalahan seperti monopoli dan privasi digital.
Bank Dunia menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi keseluruhan di kawasan berkembang Asia Timur dan Pasifik menjadi 5 persen pada 2022, 0,4 poin persentase lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang dibuat lembaga keuangan itu pada Oktober lalu.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service