DAMASKUS – Semakin banyak warga Suriah yang harus mencari sumber energi alternatif untuk menghasilkan panas, termasuk limbah zaitun, di tengah meroketnya harga minyak di negara yang dilanda perang tersebut pada musim dingin.
Banyak pabrik minyak zaitun di Kota Sukara di daerah pinggiran Provinsi Homs, Suriah tengah, membuat pomacezaitun atau minyak zaitun yang terbuat dari ampas sisa produksi, yang dikenal secara lokal sebagai “Birin”, menjadi pelet berbentuk silinder untuk dijual sebagai bahan bakar biomassa guna menghasilkan panas.
Pomacezaitun, yang sebenarnya merupakan sisa ekstraksi minyak zaitun, biasanya dijual ke pabrik sabun sebagai bahan mentah sebelum krisis bahan bakar melanda.
BASEL OUDEH, Pemilik pabrik minyak zaitun:
“Kami menyebutnya sebagai pomacezaitun atau Birin. Sebelum krisis melanda, kami biasa menumpuk dan menjualnya ke pabrik-pabrik sabun di Kota Afrin. Selama krisis, ketika jalanan ditutup, kami menumpuk hasil empat kali panen dan kami tidak dapat menemukan toko untuk mereka atau menjualnya. Ditambah, krisis bahan bakar melanda sehingga kami berpikir mengapa tidak memadatkan bahan ini menjadi pelet berbentuk silinder dan mengeringkannya agar mudah terbakar dan menggunakannya untuk penghasil panas sebagai pengganti kayu bakar.”
Oudeh menyatakan bahwa Birin sangat menarik bagi banyak warga Suriah karena harganya 50 persen lebih murah dibandingkan solar.
BASEL OUDEH, Pemilik pabrik minyak zaitun:
“Kalaupun solar telah tersedia, harganya pasti menerapkan harga global dan tidak akan tersedia secara gratis. Harga global ini akan terbilang mahal bagi kami. Jadi, kami harus memanfaatkan pilihan alternatif yang ada dan terjangkau seperti pomace, atau bahkan beralih menggunakan kayu bakar atau kulit almon.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Damaskus. (XHTV)