KABUL – OMAR Mine Museum di Kabul, ibu kota Afghanistan, memajang berbagai ranjau darat dan sisa-sisa bahan peledak perang, menyoroti bahaya dari “musuh tersembunyi” tersebut.
SHI XIANTAO, Koresponden Xinhua:
“Ini adalah OMAR Mine Museum di Kabul, Afghanistan. Museum ini berfungsi sebagai pusat pelatihan dan pendidikan untuk pembersihan ranjau. Afghanistan adalah salah satu negara yang paling terdampak ranjau di dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak 1988, lebih dari 41.000 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka akibat ranjau darat, dengan lebih dari dua pertiga korbannya adalah anak-anak.”
“Jika Anda bertanya tentang dampak perang dan konflik di Afghanistan, silakan kunjungi museum ranjau di Kabul ini,” kata Mohammaddin Tarakhil, direktur museum tersebut, pada Hari Museum Internasional yang diperingati pada 18 Mei setiap tahun.
Museum ini berisi koleksi 51 jenis ranjau darat dari 53 jenis yang digunakan di Afghanistan selama perang dan pertempuran yang berlangsung beberapa dekade.
MOHAMMADDIN TARAKHIL, Direktur, OMAR Mine Museum:
“Ranjau darat dan sisa-sisa bahan peledak perang adalah musuh tersembunyi bagi semua orang, bahkan bagi mereka yang memasangnya dan juga bagi personel penjinak ranjau. Museum mewakili warisan budaya suatu negara, dan merupakan jendela terbaik untuk memahami suatu negara dalam waktu singkat. Namun, OMAR Mine Museum memajang berbagai macam ‘hadiah’ tidak menyenangkan dari banyak negara, musuh tersembunyi, ranjau darat.”
Ranjau darat masih terus menyebabkan kematian atau mencederai lebih dari 120 orang setiap bulannya di Afghanistan, salah satu negara yang paling terkontaminasi ranjau darat, kata Kementerian Negara untuk Manajemen Bencana dan Urusan Kemanusiaan pada April.
Sisa-sisa bahan peledak perang juga sering menimbulkan korban jiwa di kalangan warga Afghanistan di negara pegunungan itu.
Menurut pihak kementerian, dibutuhkan tujuh hingga delapan tahun untuk membersihkan negara di Asia Selatan itu dari ancaman ranjau.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)