XINJIANG – Desa Jiya di Hotan, Xinjiang, China, merupakan tempat lahirnya kain sutra Atlas. Terkenal dengan warnanya yang kaya dan cerah serta pola zigzag berubah-ubah yang khas, sutra Atlas digunakan oleh para wanita Uighur untuk pakaian dan desain interior selama berabad-abad. Di Hotan, teknik pembuatan kain kuno ini hampir tidak berubah selama ratusan tahun.
Memet Memetabdulla (65) merupakan salah satu master sutra Atlas yang paling terampil di sana.
MEMET MEMETABDULLA, Master sutra Atlas : “Saya tidak pernah lelah menenun sutra Atlas dalam 50 tahun terakhir. Sutra Atlas memiliki berbagai macam pola yang khas dan saya tidak akan pernah bosan.”
Akibat output yang rendah, keuntungan yang sedikit, dan dampak dari industri tekstil modern, produksi sutra Atlas sebelumnya sempat menurun.Pada 2008, teknik pembuatan sutra Atlas terdaftar sebagai warisan budaya takbenda nasional.Dengan bantuan pemerintah setempat, industri tersebut kembali bangkit dan produksinya meningkat pesat.Desainer Abduhaliq Eli pada tahun lalu membuka sebuah studio pakaian di Desa Jiya setelah menuntut ilmu di Beijing.Dia mencoba memadukan kerajinan tradisional itu dengan tren mode agar lebih populer di kalangan konsumen.
ABDUHALIQ ELI, Desainer : “Jika kita membuat inovasi pada elemen asli sutra Atlas, (produk) ini akan menjadi baru dan lebih modis.”
ABDUHALIQ ELI, Desainer : “Saya merasa bahwa saya tidak dapat melakukannya tanpa sutra Atlas. Ini adalah sumber inspirasi saya.”
Saat ini, kerajinan tradisional tersebut kembali bangkit lewat upaya pelestarian dan rekreasi.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Urumqi, China. (XHTV)